Memilih Pergaulan Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

Sabtu, 24 Maret 2012
Berhati-hatilah dalam memilih pergaulan. Barang siapa bergaul dengan pandai besi, niscaya akan mendapat bau bakaran, bahkan bukan tidak mungkin akan ikut terbakar. Akan tetapi, barang siapa bergaul dengan tukang minyak wangi, maka tidak bisa tidak, ia akan terciprati oleh bau-bauan yang harum. Allah Azza wa Jalla memerintahkan hamba-Nya agar bersikap selektif dalam memilih teman. Secara khusus, Allah melarang hamba-Nya berteman dengan setan. Barang siapa yang mengambil setan menjadi temannya, maka setan itu adalah teman yang seburuk-buruknya (QS. An-Nisa: 38).

Seseorang bisa tergelincir berteman dengan setan dalam arti sesungguhnya.
Ia dengan sadar menjadikan setan sebagai pelindung dan penolongnya, serta menjadikannya sebagai pendamping dan pemberi kekuatan saat menolong orang lain yang datang membutuhkan pertolongan. Selain itu, berteman dengan setan bisa juga dalam wujud lain, yakni bergaul dengan mereka yang tenggelam memperturutkan hawa nafsunya, gemar berbuat maksiat, dan selama hidupnya hanya sibuk dengan urusan dunia semata. Mereka tidak tahu arti hidup. Dan tentu saja, termasuk orang-orang yang paling merugi baik di dunia maupun di akhirat.

Mereka sangat jauh dari pertolongan Allah dan sebaliknya dekat dengan murka-Nya. Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui. Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang keras. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan (QS Al-Mujaadilah: 14-15). Dengan demikian, ketidakhati-hatian dalam memilih teman, tidak bisa tidak, akan menimbulkan akibat yang tidak sepele.

Betapa tidak! seseorang itu, demikian sabda Rasulullah SAW, akan mengikuti pendirian (perilaku) sahabat karibnya. Karena itu, seseorang hendaknya memperhatikan siapakah yang harus dipergaulinya. Teman yang tidak baik termasuk "virus keempat" setelah kelalaian menjaga pandangan, lisan, dan perut. Semuanya bisa merusakkan hati dan menghancurkan masa depan. Barang siapa yang lingkungan pergaulannya orang-orang yang tidak mengenal Allah, maka hampir dapat dipastikan cita-citanya, pembicarannya, gerak-geriknya, dan hobinya, pasti tidak akan jauh berkisar dari hanya urusan duniawi dan urusan memuaskan hawa nafsu belaka. Ia akan selalu diliputi oleh ketamakan dan kedengkian terhadap apa yang dimiliki orang lain.

Kita pun paham betul bahwa ahli dunia selalu dekat dengan kerusakan, terutama kerusakan akhlak. Lain halnya jika kita berteman dengan orang-orang yang mengenal Allah dengan baik. Pembicaraan mengenai dunia sama sekali tidak akan mengotori hatinya. Betapa tidak! Dunia terlampau kecil dibandingkan dengan segala keagungan dan kebesaran Allah. Walhasil, apa pun yang ada di dunia ini tidak akan pernah membuat kotor hati, tamak, dan rakus. Bergaul dengan orang-orang yang mengenal Allah akan senantiasa tawaashau bil haqqi wa tawaashau bish shabr.

Mereka akan saling menolong serta berkeinginan agar teman-temannya menjadi baik dan semakin baik. Mereka tidak saling memposisikan diri menjadi beban satu sama lain, tetapi justru ingin saling meringankannya. Mereka akan berusaha agar sahabatnya semakin mulia di sisi Allah. Bahkan, kesulitan demi kesulitan akan menjadi jalan penambah keakraban dan dinikmati karena semua itu, tidak bisa tidak, akan membuahkan pahala sabar. Hasil dari pergaulan yang benar-benar diselimuti dengan kecintaan kepada Allah dan ketaatan terhadap Islam akan tampak indah dan sinergis. Karena itu, berhati-hatilah terhadap pergaulan.

Jika saat ini tengah berada dalam lingkungan pergaulan yang buruk, maka kita harus punya keberanian untuk segera berhijrah. Bukan untuk meninggalkan segala-galanya, melainkan agar kita memiliki lingkungan yang dapat membuahkan tenaga dan energi baru untuk menghadapi hidup ini dengan baik. Sehingga, bila kita bertemu dengan orang-orang yang lalai, bukannya diri kita yang terbawa lalai, melainkan kitalah yang akan membantu mereka menjadi lebih baik. Salah memilih pergaulan berarti kita siap menyiksa dan membinasakan diri.

Adapun keuntungan bergaul dengan orang-orang yang taat, shalih, dan berakhlak mulia, mau tidak mau akan membuat kita terbawa menjadi orang yang bersih dan taat pula. Semoga Allah Azza wa Jalla senantiasa menitipkan sahabat-sahabat dan lingkungan yang akan memelihara iman dan amal-amal kita. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar